Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1


KABAR DARI KOTA KINABALU Mempersiapan Siswa untuk Tantangan Dunia Kerja Modern (BAGIAN II)

(Dr. Panji Pratama, M.Pd. - Artikel)

Di era modernisasi dan globalisasi saat ini, masyarakat Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang memadai untuk maju. Namun demikian, hal ini masih jauh dari harapan. Selayaknya, sumber daya manusia maju dapat menjadi pengatur tatanan pemerintah maupun pengatur tatanan masyarakatnya. Hal tersebut dipersyaratkan untuk meningkatkan dan menyejahterakan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Salah satu standar pembangunan manusia adalah hak untuk membaca dan menulis, hidup sehat, mendapatkan penghasilan yang layak, memiliki rumah yang memadai, dan hidup di negara yang aman dan damai. Desentralisasi, atau otonomi daerah, diharapkan dapat mendorong daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk memprioritaskan pengurangan kemiskinan dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dari sudut pandang paradigma pembangunan manusia, upaya untuk meningkatkan kualitas manusia adalah tujuan intrinsik. Perspektif ini berbeda dengan perspektif pembangunan sumber daya manusia yang melihat manusia sebagai sumber atau input pembangunan dan melihat kualitas manusia sebagai sarana atau cara untuk menghasilkan pendapatan. Pembangunan manusia, sebagai paradigma pembangunan yang holistik, menganggap bahwa program pembangunan harus dibuat "of, for, and by people".

Maksud dari ciri-ciri ini adalah sebagai berikut: Pertama, tentang penduduk (of people), yang berarti pemberdayaan penduduk melalui investasi dalam pendidikan kesehatan dan pelayanan sosial dasar lainnya; Kedua, untuk penduduk (for people), yang berarti pemberdayaan penduduk melalui penciptaan peluang kerja dan perluasan peluang berusaha (dengan memperluas kegiatan ekonomi wilayah); dan Ketiga, oleh penduduk (by people), yang berarti pemberdayaan penduduk melalui peningkatan kegiatan ekonomi wilayah. Dalam hal ini, itu berarti pengambilan keputusan yang terjadi selama proses pembangunan.

Pengelolaan produktivitas, kemajuan, dan pembangunan kerja yang cepat adalah kunci keberhasilan masa depan sebuah negara di era globalisasi. Untuk menghindari pengangguran terstruktur, masyarakat kita bergantung pada spesialisasi dari berbagai jenis untuk menyediakan output dan input yang dihasilkan maupun yang didapat. Ini meningkatkan kualitas hidup subjek atau masyarakat sekaligus mengurangi angka pengangguran di suatu daerah. Proses sosial antara pemerintah dan masyarakat diperlukan untuk meningkatkan kehidupan. Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan pemerintah dan masyarakat selaras dan seimbang.

Apapun aspek khusus dari peningkatan kualitas hidup, pembangunan setiap komunitas paling tidak berfokus pada tiga tujuan utama: meningkatkan ketersediaan kebutuhan pokok, meningkatkan standar hidup, dan memperluas pilihan ekonomi dan sosial setiap orang. Kemiskinan di suatu wilayah menunjukkan bahwa pembangunan secara umum tidak berhasil, sehingga keberhasilan pembangunan suatu wilayah pada dasarnya bergantung pada kegiatan pembangunan dan pemerataan hasil.

Perekonomian selalu dikaitkan dengan globalisasi. Meski demikian, sebetulnya, globalisasi bukan hanya tentang ekonomi dan kesalingbergantungan, tetapi juga tentang transformasi waktu dan ruang dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, globalisasi memiliki dampak yang lebih cepat dan langsung daripada revolusi komunikasi dan penyebaran teknologi informasi modern.

Indeks pembangunan manusia mengukur pengaruh kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup dan menunjukkan apakah sebuah negara maju, berkembang, atau terbelakang. Di Indonesia, istilah "pembangunan manusia" sudah lama ada. Hal ini sering dilihat dalam berbagai dokumen tentang perencanaan pembangunan dan retorika politik pembangunan.

Namun, pembangunan manusia tidak diprioritaskan selama enam Repelita. Sekarang, setelah tuntutan krisis dan arus reformasi yang tak terbendung, banyak orang kembali mempertanyakan makna pembangunan yang telah dilakukan sebelumnya. Mereka percaya bahwa itu tidak berfokus pada manusia seperti yang diinginkan oleh paradigma baru pembangunan manusia. Maka dari itu, terdapat dimensi penting yang menjadi faktor penentu pembangunan manusia ke depannya. Hal itu adalah Tingkat Pendidikan, yang dalam hal ini adalah mempersiapkan siswa untuk tantangan dunia kerja modern.

Dimensi Tingkat Pendidikan pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibentuk oleh dua indikator, yaitu: (1) Harapan Lama Sekolah (HLS), dan (2) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas. Kedua indikator ini harus terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari BPS, HLS di Indonesia tercatat mencapai 13,15 tahun pada 2023. Ini artinya, anak-anak Indonesia yang berusia 7 tahun memiliki harapan menempuh pendidikan setidaknya hingga diploma I. HLS penduduk di Indonesia pada 2023 meningkat 0,05 tahun dibandingkan tahun sebelumnya.

Adapun secara tren, HLS penduduk di Indonesia terus meningkat sejak 2010. Pada saat itu, HLS penduduk Indonesia baru sebesar 11,29 tahun. Begitu pula dengan RLS di Indonesia juga meningkat 0,08 tahun dari 8,69 tahun menjadi 8,77 tahun pada 2023. Dengan demikian, rata-rata penduduk Indonesia berusia 25 tahun ke atas telah menempuh pendidikan hingga kelas IX.

Selama lebih dari sedekade terakhir, RLS di Indonesia juga terus meningkat. Pada 2010, RLS di Indonesia hanya sebesar 7,46 tahun. HLS dan RLS merupakan dua indikator yang membentuk dimensi pengetahuan pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Adapun IPM Indonesia tercatat mencapai 74,39 pada 2023, naik 0,84% dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang sebesar 73,77.

Demi mempersiapkan siswa untuk tantangan dunia kerja modern, indikator-indikator Tingkat Pendidikan pada IPM ditunjang oleh tiga hal, yaitu: 

1)               Pentingnya Pendidikan Karier

Salah satu elemen penting dalam mempersiapkan siswa untuk tantangan dunia kerja modern adalah pendidikan karier. Pendidikan karier membantu siswa mengidentifikasi bakat, minat, dan tujuan karier mereka. Dengan memahami karier yang mereka inginkan, siswa dapat membuat pilihan pendidikan yang tepat dan merencanakan jalan menuju kesuksesan di masa depan. Pendidikan karier juga membantu siswa memperoleh keterampilan yang relevan dengan dunia kerja. Ini termasuk keterampilan komunikasi, pemecahan masalah, kepemimpinan, dan keterampilan teknis yang dibutuhkan dalam berbagai bidang pekerjaan. Dengan keterampilan ini, siswa akan lebih siap untuk bersaing di dunia kerja.

2)               Wawasan Tantangan di Dunia Kerja

Dalam mempersiapan siswa untuk masa depan di dunia kerja, siswa di era modern perlu dibekali wawasan tentang kemajuan teknologi dan ekonomi yang cepat. Dalam beberapa tahun ke depan, pekerjaan modern mungkin tidak ada lagi. Siswa harus siap untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Selain siswa sendiri, pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat pun harus diberikan wawasan agar tidak memaksa siswa mengambil karier yang bukan pilihannya. Hal ini dapat menyebabkan siswa menjadi stres dan kebingungan tentang pilihan karier yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat dan bakat mereka.

3)               Sistem Pendidikan yang Dapat Mempersiapkan Siswa dengan Lebih Baik

Sistem pendidikan sangat penting untuk mempersiapkan siswa untuk kehidupan kerja di masa depan. Sistem pendidikan dapat melakukan beberapa hal untuk membantu siswa menghadapi masalah ini dengan lebih baik.

Pertama, sistem pendidikan harus dapat memperkenalkan siswa dengan berbagai pilihan karier. Ini dapat dicapai melalui kunjungan ke berbagai tempat kerja dan program penasihat karir. Dengan cara ini, siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mungkin mereka minati di masa depan.

Kedua, sistem pendidikan harus mengajarkan hal-hal yang relevan dengan dunia kerja. Ini termasuk mempelajari pemrograman komputer, manajemen waktu, dan keterampilan berhubungan dengan orang lain. Siswa harus keluar dari sekolah dengan kemampuan yang dapat diterapkan di tempat kerja.

Ketiga, sistem Pendidikan harus memberikan dukungan emosional dan psikologis untuk mengatasi tekanan yang menyertai keputusan karier mereka. Ini dapat dicapai melalui dukungan psikologis dan konseling yang tersedia di sekolah. Siswa harus merasa didukung saat membuat keputusan karier mereka.

Keempat, sistem pendidikan harus mendorong gagasan bahwa pembelajaran berlangsung sepanjang hidup karena dunia kerja terus berubah dan siswa perlu belajar dan berkembang sepanjang karier mereka. Pendidikan karier tidak hanya tentang persiapan untuk pekerjaan pertama, tetapi juga tentang bagaimana terus beradaptasi dan berkembang sepanjang hidup.

Dari tiga hal penting yang dibahas tersebut, pendidikan karier adalah kunci terpenting untuk mempersiapkan siswa demi masa depan di dunia kerja. Siswa perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang minat dan bakat mereka, serta keterampilan yang relevan dengan dunia kerja. Sistem pendidikan memiliki peran penting dalam membantu siswa menghadapi tantangan ini dan mempersiapkan mereka untuk masa depan yang penuh dengan perubahan. Kita dapat memastikan bahwa generasi muda siap untuk menghadapi dunia kerja yang terus berubah dengan sukses dan percaya diri.(*)


Bio Penulis Penulis


Panji Pratama
, lahir di Sukabumi, 28 Maret. Bertugas sebagai guru dan dosen di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, SMAN 1 Nagrak, dan INKHAS Sukabumi. Selain mengajar di sekolah formal, juga menjadi Tutor dan Content Writer di platform edukasi Quipper.com sejak 2016. Selain mengajar, juga tercatat sebagai penulis artikel di media sastra populer nongkrong.co. Kesibukan lainnya adalah menjadi pengisi materi pada kegiatan literasi dan kependidikan di berbagai tempat.

Saat ini tergabung sebagai pengurus Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Sukabumi, pengurus Persatuan Guru Nahdatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Sukabumi, pengurus Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB), pengurus Forum TBM Kab. Sukabumi, dan pengurus Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI).

 



Posting Komentar untuk "KABAR DARI KOTA KINABALU Mempersiapan Siswa untuk Tantangan Dunia Kerja Modern (BAGIAN II)"