Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1


MENGASAH TENGGANG RASA DARI MENULIS BIODATA

(Erni Wardhani - Artikel)



Ternyata, menulis biodata berhubungan erat dengan tenggang rasa. Apalagi kalau menuliskannya di sebuah buku yang dibuat bersama-sama dengan orang lain. Banyak hal yang harus kita perhatikan. Jadi, menulliskan biodata di sebuah buku antologi itu tidak bisa sembarangan. Walaupun tidak ada standardisasi tentang aturan dan etikanya, namun tetap harus kita perhatikan.  Banyak sekali yang tidak memahami dan rata-rata beranggapan bahwa menuliskan biodata di buku antologi itu harus panjang. Semakin panjang biodata, maka semakin keren pula orang tersebut. Alih-alih menjadi keren, yang ada malahan jadi aneh dan sedikit terlihat karakter si penulis.

Karakter? Ya, dalam menulis buku antologi bersama orang lain, tentunya kita harus bisa membuat sebuah harmonisasi. Menciptakan keseimbangan. Tak ubahnya sebuah paduan suara, baiknya semua suara terbagi rata sehingga perpaduan suara yang dihasilkan menjadi indah. Begitu pula dengan sebuah biodata. Dalam sebuah antologi bersama penulis lain, sebaiknya jangan terlalu menonjolkan diri secara berlebihan sehingga terkesan keakuan. Apalagi kalau teman antologi kita kebanyakan penulis pemula, jangan sampai karena takut dibandingkan, kemudian yang lain menjadi rendah diri hingga akhirnya tidak mau lagi menulis. Seandainya menjadi motivasi bagi yang lain untuk sama dapat berkarya, sih, boleh saja, tetapi bukan seperti itu caranya.

Perlu diingat bahwa menulllis biodata itu beda dengan menulis CV (Curriculum Vitaae), atau bahkan biografi. Tidak usah merasa belum afdol seandainya kita tidak menulis biodata secara panjang. Menulis biodata cukup ditulis dengan singkat, tetapi mampu mendeskripsikan siapa kita dengan baik. Perlu diingat pula bahwa sebuah buku itu jumlah halamannya sangat terbatas, sehingga dari pihak penerbit selalu menyodorkan ketentuan penulisan maksimal yang harus dikerjakan. Hal tersebut tentunya sudah termasuk di dalam tata cara penulisan bionarasi.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1.Sebutkan nama lengkap (boleh juga nama samaran kalau mau), tempat dan tanggal lahir bila tidak berkeberatan. Tidak lupa lengkapi pula dengan latar belakang pendidikan kita yang paling akhir (tidak perlu ditulis dari TK, SD, SMP-nya, terkecuali ada relevansi dengan isi tulisan.

2. Apabila tulisan Anda pernah dimuat di media massa dan dianggap dapat menaikkan prestise, sebutkan saja tiga nama media yang dianggap paling mewakili. Jadi tidak usah semua disebutkan. Kita tidak sedang promosi media massa. Jangan lupa tulis nama media tersebut dengan huruf miring, sedangkan untuk judul tulisan, ditulis di antara tanda kutip.

3. Kalau pernah menuliskan buku tunggal, ketika  menuliskan judul, sebaiknya hanya tiga judul terakhir, kalau hendak memberi tahu sudah berapa buku yang dihasilkan, baru tulis angkanya saja. Bisa pula menyebutkan buku pertama dan terakhir saja. Hindari menuliskan semua judul buku antologi bersama, apalagi sudah banyak. Lebih baik tuliskan dalam satu kalimat saja, tapi memuat itu (contoh: Penulis sudah menghasilkan 30 buku antologi cerpen bersama para penulis se-Indonesia).

4. Sebaiknya nama-nama keluarga dihindari (suami/istri, anak), kecuali ada yang relevan.

5. Kalau Anda memiliki prestasi, silakan tuliskan sebagai pemicu pembaca. Apabila banyak, bisa memberi link ke profil, atau cukup tiga buah prestasi terakhir.

6. Di akhir biodata, jangan lupa untuk menuliskan alamat terbaru beserta nomor telepon. Siapa tahu dari hasil pencantuman alamat tersebut, ada rezeki lain yang sedang menanti kita. Terkadang, ada pengamat tulisan yang sedang mencari seseorang untuk diajak kerja sama. Jadi hal ini akan mempermudah ke arah tersebut.

Dengan memerhatikan hal-hal di atas, kita juga sudah belajar bersikap tenggang rasa dengan mengimbangi penulis yang lain. 


Bio Penulis Penulis
IG : Erni_Berkata
Tiktok: Erni_Wardhani
Facebook: Erni Wardhani
WA : 085222370167

Posting Komentar untuk "MENGASAH TENGGANG RASA DARI MENULIS BIODATA "